Peneliti Luar Negeri Bicara Skill Tenaga Kerja Indonesia dalam Seminar Intercafe IPB

Peneliti Luar Negeri Bicara Skill Tenaga Kerja Indonesia dalam Seminar Intercafe IPB

International Center for Applied Finance and Economic (Intercafe) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar International Seminar 2017, dengan tema "Technology, Skill and Innovation in Global Context Implication for Indonesian Economy".

Acara yang digelar di Aula PKSPL IPB, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor belum lama  ini.

Seminar dihelat atas kerja sama Intercafe IPB dengan University of Adelaide, Direktorat Riset dan Inovasi IPB, serta Flinders University.

Siaran pers Humas IPB, Direktur Intercafe LPPM IPB Dr Nunung Nuryartono menyampaikan Intercafe bersama University of Adelaide dan Flinders University sebagai satu konsorsium aktif melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia melalui kegiatan penelitian dan pendidikan.

Dalam seminar ini mendiskusikan respon dan kesiapan sumberdaya manusia Indonesia untuk masuk dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju dunia.

Tingkat kesiapan Indonesia di kawasan ASEAN berada di bawah Singapore, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Bahkan tingkat kesiapan teknologi di bidang  teknologi informasi dan komunikasi, posisi Indonesia berada di bawah Vietnam.

Hadir sebagai narasumber seminar adalah Prof Shandre Thangavelu, Associate Professor, University of Adelaide Regional Director-Southeast Asia CIES; Kostas Mavromaras dari National Institute of Labour Studies (NILS) Director Flinders University dan keynote speech dari Dr Muhammad Dimyati, dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama IPB, Prof Dr Anas Miftah Fauzi, ketika membuka acara menyampaikan tema tersebut sangat relevan dengan keinginan pemerintah, yakni sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, inovasi dan skill.

"Hal tersebut pernah disampaikan presiden bahwa kita butuh kurikulum yang lebih adaptif terhadap perubahan teknologi dan masa depan. Adanya acara ini kita bisa perbandingkan Indonesia dengan negara Malaysia dan Singapura. Kita membutuhkan contoh sampel terkait implementasi teknologi, skill dan inovasi," ujarnya.

Terkait riset  Anas mengatakan, IPB dalam sepuluh tahun berturut-turut memiliki kontribusi terbanyak.

Selain itu, telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan BUMN untuk implementasi teknologi yang telah dihasilkan.

Sementara itu, Prof Shandre Thangavelu mengatakan perihal tantangan bagi Asia menghadapi perdagangan bebas dan ekonomi liberal.

Menurutnya, adanya gap yang besar antara  tenaga kerja terampil dan tidak terampil, sehingga meningkatkan kesenjangan pendapatan.

Hal itu membuat tenaga kerja menengah tersingkirkan.

Ia juga menyampaikan bagaimana mengelola sumberdaya manusia yang  ada di pusat sehingga bisa seimbang.

Kostas Mavromaras menyampaikan terkait tenaga kerja Indonesia.

Ia menyebut pasar tenaga kerja Indonesia dalam tahun 2017 mencapai 11,6  juta untuk pendidikan sarjana didukung oleh 3,7 juta (akademik atau diploma) dan 13.5 juta ( pendidikan SMK).

Menurutnya, pertumbuhan tersebut adalah potensi yang luar biasa.

Kostas menampaikan bahwa meningkatkan skill tenaga kerja Indonesia merupakan sesuatu yang penting.

"Saat ini fokus pada 11,6 jutdan akan terus bertambah. Ketidakseimbangan masalah skill di Indonesia harus diidentifikasi menggunakan data yang ditangani perguruan tinggi," ujarnya.(*)